Kebaya Ambon: Dari Busana Harian hingga Ibadah

Kebaya Ambon: Dari Busana Harian hingga Ibadah

Lifestyle

Kebaya Ambon: Warisan Tradisional yang Tetap Hidup

Kebaya Tradisional Ambon – Kebaya, sebagai salah satu busana tradisional Indonesia, memiliki banyak variasi yang belum banyak diketahui. Salah satunya adalah Kebaya Ambon, busana tradisional dari Maluku yang masih digunakan dalam kehidupan sehari-hari hingga saat ini. Miranti Serad Ginanjar, pemimpin editorial buku “Kebaya, Keanggunan yang Diwariskan”, mengungkapkan bahwa Kebaya Ambon adalah salah satu jenis kebaya yang berhasil didokumentasikan selama proses risetnya.

Penggunaan dalam Kehidupan Sehari-Hari

Kebaya Ambon memiliki keunikan karena fungsinya yang fleksibel. Kebaya ini dipakai dalam aktivitas sehari-hari, seperti berjualan di pasar, hingga dalam kegiatan formal seperti beribadah di gereja.

Kebaya Ambon hadir dalam dua warna utama:

  1. Hitam: Dipakai untuk menghadiri gereja dan acara keagamaan.
  2. Putih: Digunakan untuk acara sehari-hari atau undangan.

“Kebaya Ambon memiliki detail unik, seperti puff di pergelangan tangan dan kancing-kancing kecil, yang menjadi ciri khasnya,” jelas Miranti. Panjang kebaya bervariasi, dari sebatas pinggang hingga di atas lutut, menyesuaikan dengan kebutuhan pemakainya.

Aksen dan Detail yang Menonjol

Kebaya putih biasanya dilengkapi dengan bordir dan kancing keemasan di ujung lengan, mencerminkan keanggunan sederhana. Dulunya, kebaya putih hanya dipakai oleh kaum bangsawan, guru, atau keluarga pendeta. Kini, kebaya ini telah diadaptasi oleh semua kalangan masyarakat di Ambon.

Busana ini sering dipadukan dengan baju dalam (Cole) berlengan sampai siku berwarna putih, serta bawahan berupa kain tenun wastra tradisional. Sebagai pelengkap, kebaya ini dikenakan bersama selop hitam berbahan beludru dengan bordir dan ujung meruncing, yang dikenal sebagai Canela, lengkap dengan kaus kaki putih.

Kebaya Ambon sebagai Warisan Budaya

Kebaya Ambon tak hanya menjadi identitas lokal, tetapi juga telah tercatat dalam buku Peter Lee, yang menyebutnya sebagai salah satu jenis kebaya tertua. Penemuan ini memberikan semangat bagi masyarakat Ambon untuk terus melestarikan tradisi kebaya mereka.

“Semangat ini menunjukkan bahwa kebaya mama-mama yang ada di pasar, atau baju Cele, sudah terdokumentasi dengan baik. Bahkan, saya melihat dokumen tersebut di Singapura,” ungkap Miranti.

Harapan Masa Depan

Dengan semakin banyaknya jenis kebaya yang terdokumentasi, harapannya adalah Kebaya Ambon dapat didaftarkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda, baik di tingkat nasional maupun dunia. Upaya ini menjadi langkah penting dalam menjaga eksistensi kebaya sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia.

Kebaya Ambon menjadi bukti bahwa busana tradisional tidak hanya memiliki nilai estetika, tetapi juga fungsi yang relevan dengan kehidupan modern. Dari pasar hingga tempat ibadah, kebaya ini menunjukkan kekayaan tradisi yang tetap hidup di tengah masyarakat Maluku.

Upaya Pelestarian dan Dokumentasi

Kebaya Ambon bukan sekadar busana tradisional, tetapi juga bagian dari identitas budaya yang mencerminkan nilai-nilai masyarakat Maluku. Oleh karena itu, dokumentasi kebaya ini menjadi langkah penting untuk memastikan keberlangsungannya di tengah perubahan zaman.

Miranti Serad menekankan pentingnya mendokumentasikan jenis-jenis kebaya seperti Kebaya Ambon agar generasi mendatang dapat mengenal dan melestarikannya. Salah satu upaya yang telah dilakukan adalah menyertakan kebaya ini dalam berbagai publikasi dan diskusi kebudayaan, baik di tingkat nasional maupun internasional.

“Semakin banyak dokumentasi yang dilakukan, semakin kuat peluang untuk menjadikan kebaya, termasuk Kebaya Ambon, diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda Nasional atau bahkan dunia,” ujar Miranti.

Dengan pengakuan ini, kebaya tradisional seperti Kebaya Ambon diharapkan tidak hanya dikenal di Indonesia, tetapi juga mendapat tempat di panggung budaya internasional.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *